Comparative study trip ini dilakukan jauh sebelum lockdown dan PSBB diberlakukan. Enjoy the story! ---------------- Akhirnyaaaaaaa. Setelah sekian purnama, artikel trip ini rilis juga. Dikarenakan admin yang selalu (berlagak) sibuk dengan berbagai kegiatan di dunia maya, nyata, maupun fana. Jadi begini. Beberapa bulan lalu, beberapa guru Muslim Cendekia melakukan comparative study trip ke Singapura. Ada Bu Bilqis, Miss Nikmah, Miss Ema, Miss Umi, Mr Yusuf, dan Mr Navis yang berangkat ke sana. Berhubung Singapura adalah salah satu negara dengan biaya hidup termahal di dunia, sedangkan kami ini hanyalah rakyat biasa dari kalangan biasa-biasa pula, maka sudah pasti kudu bin wajib harus super-duper hemat selama trip nanti. Berbagai life-hack sudah kami siapkan demi tidak menjadi gembel di negeri orang, huhu. Silakan simak cerita ini sampai habis ya, karena nanti bakal ada tips and trick bagaimana cara menjadi hemat-anti-kelaparan selama di luar negeri. Hihihi. Katrok di Changi Airport, Bandara Terbaik #1 di Dunia! Perjalanan berangkat dari bandara Juanda menuju Changi Airport berjalan dengan sangaat lancar. Alhamdulillah. Kami girang bukan kepalang. Selama di area Changi Airport, yang kami lakukan hanya lihat kanan, lihat kiri. Lihat kanan lagi, lihat kiri lagi. Dengan gestur mata sedikit terbelalak nggak nyantai, mulut setengah terbuka. Melogo. Ibarat film, kayak adegan orang kampung baru pertama kali ke Jakarta, bisa bayangin kan? Karena bandara Changi benar-benar sebagus itu! Jalan dikit, eh dilewatin bule-bule eksekutif pakai jas tuxedo dan kacamata hitam kayak di filem-filem gitu. Jalan sebentar, ada gerombolan orang India lengkap pakai baju sari warna-warni dan surban yang muter-muter di atas kepala, tak lupa titik merah di dahi. Wiiih, kereeen, batin kami dalam hati. Berbagai macam orang dari seluruh penjuru dunia lalu-lalang di bandara ini. Setelah keluar dari arrival hall di terminal 1, kami langsung disambut oleh Jewel Changi yang super megah. Di tengah-tengahnya terdapat air terjun indoor terbesar di dunia! Bisa dibayangin aja ya, ini ada ruangan yang buesaaar banget terbuat dari kaca. Di dalamnya diisi banyak sekali pohon dan berbagai tanaman dari seluruh dunia. Pusatnya tentu saja adalah air terjun raksasa. Dan menariknya, semua instalasi ini bersifat buatan. Subhanallah, indah sekali. Setelah puas berswafoto di area Jewel Changi, acara selanjutnya adalah “thowaf” keliling Changi Airport. Bu Bilqis butuh beli sim card lokal yang sebelumnya sudah di-booked melalui salah satu aplikasi online travel agent. Tujuannya sederhana: untuk memonitor kerjaan di sekolah, jaga-jaga kalau ada hal-hal yang penting. Dan jaga-jaga juga, takut kami tersesat di sini, tak tahu arah, lalu hilang di tengah kerumunan orang, dan lupa jalan pulang (oke, ini agak berlebihan). Selama keliling, kami menyadari satu hal: ternyata Changi itu luaaas bangeeet. Belum apa-apa, kaki udah mulai gempor. Tapi kami tidak merasa capek karena begitu menikmati arsitektur bandara nomor wahid di dunia ini. Setiap sisi detil dan instalasinya terlihat begitu modern dan hampir tanpa cela. The best Biar Barokah, Mari Ziarah ke Habib Noh: Wali Penyebar Agama Islam yang Terkenal di Singapura Agenda pertama kami adalah ziarah mengunjungi makam Habib Noh. Beliau adalah tokoh wali muslim tersohor di Singapura, yang mendakwahkan agama Islam ke berbagai kalangan masyarakat (terutama kaum Melayu dan India). Kompleknya satu lokasi dengan Haji Mohammad Saleh Mosque, terletak di tengah-tengah gedung pencakar langit. Sangat kontras sekali dilihatnya. Konon, dulu katanya tempat ini mau direlokasi. Namun gagal karena mendapat konflik dari banyak pihak. Bahkan, berbagai mesin berat pun sudah didatangkan, namun alatnnya rusak dan nggak ada yang bisa beroperasi mendadak, begitulah orang lokal bercerita pada kami. Tragedi Sedih Tapi Memalukan Tapi Lucu Tapi Kasihan Jadi, ada suatu waktu dimana kami harus menyeberang bersama-sama di jalan raya. Oiya, jangan lupa bahwa kami lagi di Singapore, bukan di Bumiaji, yang kalau nyeberang bisa seenak mood aja. Di sini, harus mencet bel dulu dan nunggu lampu rambunya nyala. Kita tungguin, kok lama. Makin ditunggu, kok makin lamaaa. Kayak jodoh aja wkwk. Dan, yang dinanti pun tiba. Lampu merah nun jauh di tas sana berubah menjadi hijau seolah ia berkata ‘wes, ndang nyebrango cepetan!’. Mobil-mobil dan beberapa truk besar mulai berhenti. Kami saling lirik. “LARIIIIIIIIII!!!!!!!”, Mr Navis berteriak. Kita semua lari dengan baju berkibar-kibar, ditambah angin bertiup, belum lagi muka orang-orang sana yang heran dengan kami. Adegan Tom Cruise dikejar penjahat di film Mission Impossible, kalah keren dari kami. Jauh. Serius, ini katrok banget. Ngapain juga kita nyeberang lari-lari kayak anak kecil ngejar layangan. Akhirnya, kami tiba di seberang jalan. Ngos-ngosan. Lalu saling lirik lagi. Bu Bilqis, ada. Miss Nikmah dan Miss Umi juga ada. Miss Ema lagi terengah-engah. Mr Navis sudah di depan dari tadi. Kurang satu, Mr Yusuf! Kemana dia? Apakah tertinggal di belakang? Atau menghilang ditelan bumi? Atau kemana? Sontak kami menoleh bersamaan. Jreng. Di situlah adegan dramatis terjadi. Adegan yang takkan bisa kami lupakan seumur hidup. Mr Yusuf, di tengah-tengah jalan, literally di tengah-tengah jalan, sedang berjongkok penuh kesedihan di tengah-tengah lautan energen, mi gelas, roti citra, antangin, fresh care, botol tupperware warisan emak, dan tisu paseo. Tasnya terbuka! Dan ketika berlari, hampir semua barang-barang di tasnya tercecer penuh nista di tengah jalan. Yang terjadi selanjutnya? Lampu hijau bagi para pengendara sudah menyala. Jalanan kembali normal. Mr Yusuf dengan muka sangat melas memunguti semua barang-barang tersebut, di tengah lalu-lalang kendaraan. Sungguh, tak pernah ia terlihat semelas itu. Kami hanya bisa melihat. Tak bisa menolong. Mau ketawa tapi takut dosa. Ah, nggak kuat. Kami tertawa. Hahaha. Tertawa sekeras-kerasnya. Katanya, teman sejati itu kalau melihat temannya jatuh, ditertawakan dulu baru kemudian ditolong. Mungkin saat itu, kami sedang menjadi teman sejati. (Yang ini tidak untuk ditiru ya, hehe) Sepanjang jalan pulang, Mr Yusuf hanya senyum-senyum sendiri. Permisi, Ada Orang Desa yang Mau Naik MRT Singapore Em, mohon maaf. Berhubung kami-kami ini datangnya dari berbagai pelosok daerah di antah-berantah, mulai dari Ngantang, Pujon, Sidomulyo, sampai Oro-Oro Ombo, disuguhkan fitur serba canggih pada vending machine buat top-up saldo kartu MRT aja kebingungan wkwk. Sambil ngelirik, nyontek orang-orang sekitar, akhirnya proses top-up kartu berjalan lancar (ya, meskipun sambil bercucuran keringat, aura ndesit memang tak bisa disembunyikan). Memang kok ya, kunci agar tidak terlihat katrok adalah dengan berlagak tidak katrok. Eh, gimana gimana? Suasana dalam MRT? Wuiiih, adem nyesss. Seger banget. Bersih. Harum. Lembut. Kayak sprei yang baru keluar dari laundry. Eh. Kebetulan, kami semua juga sudah pernah diberangkatkan ke Jakarta oleh Muslim Cendekia untuk mengikuti workshop. Jadi, sudah pernah nih merasakan bedanya MRT Jakarta dan yang di Singapore. Di dalam MRT, semua orang tuh tampilannya kayak di majalah-majalah fashion gitu. Pakaian model apapun ada. Bahkan, pernah nggak kita lihat gambar baju yang “aneh” terus mbatin Ah, mana ada orang mau pakai baju kayak gini?. Nah, di sini banyak nih yang seperti itu. Benar-benar kaya akan keberagaman, mulai dari ras, penampilan, sampai bahasa. Uniknya lagi, setiap kali MRT akan berhenti di stasiun berikutnya, akan ada pengumuman yang berbunyi dalam 4 bahasa: Inggris, Mandarin, Melayu, dan India. Kami? Yah, berlagak ngerti aja sambil angguk-angguk. Arab Street-Bugis, Surganya Makanan “Murah” dan Halal Tips memilih lokasi yang ramah muslim di Singapore: carilah penginapan di daerah Arab Street, Bugis. Kenapa? Dari judulnya saja Arab Street, maka di sini banyak makanan khas Arab dan India yang dijual oleh pemilik Muslim. Jadi, halalnya terjamin. Banyak juga makanan Melayu yang enak, murah, dan lebih cocok di lidah kita (iya, lidah-lidah sobat missqueen). Makan malam kali ini kami pesan nasi lemak dan es teh tarik. Harganya? Cuma sekitar 5 dollar Singapore. (1 dollar Singapore = sekitar 10 ribu rupiah) “Berapa? 5 dollar? Berarti sekitar 50 ribuan dong? Muahal ya?” Miss Umi langsung mengomentari harga. “Bu, lek samean setiap mau beli, mbandingin harga dirupiahin terus, ya jatohnya mahal. Tapi ini sudah paling murahnya di sini,” Mr Yusuf menimpali. Tumben bijak. Malam itu, menjadi salah satu malam paling menyenangkan bagi kami. Ah, berada di negeri orang, sambil sesekali berdiskusi tentang Muslim Cendekia, rasanya sangat bahagia. Siap-Siap Kesasar saat Menjalankan “Mission impossible: Find The Secret Destination!"Bukan guru Muslim Cendekia namanya kalau nggak suka tantangan. Pada trip kali ini, Bu Bilqis sudah menyiapkan sebuah misi rahasia untuk guru-guru. Apa itu? Jadi, saat sebelum berangkat, kami sudah membagi beberapa destinasi yang populer di Singapore. Tentu saja semua destinasi tersebut tidak bisa kami kunjungi satu-satu dikarenakan terbatasnya waktu. So? Mari kita berpencar! Iya, berpencar. Semua nama-nama tempat ditaruh di kertas, digulung, dan dikocok. Jadi, setiap orang mendapatkan satu destinasi secara acak alias nggak bisa memilih. Apapun yang terjadi, harus berhasil ke sana. Dan harus bisa kembali ke penginapan dengan selamat. Nggak boleh nyasar. Sendirian. Tanpa koneksi internet. Jeng.. Jeng.. Saatnya penentuan. Semua orang mengambil kertas. Tentu saja sambil teriak-teriak histeris. Apalagi guru-guru perempuan, tiap ngambil kertas kayak korban KDRT, teriaknya nggak nyantai. “Duh, semoga dapet yang deket. Semoga gampang,” Miss Umi komat-kamit berharap. “Ya Allah, semoga yang nggak pake oper-oper MRT. Bagus kalo kesasar,” Miss Nikmah menimpali. “Bu Bilqis, yakin a kita harus berpencar? Seruan bareng-bareng lho, Bu.” Miss Ema merayu Bu Bilqis biar misi ini dibatalkan. Yang terlihat baik-baik saja tanpa gangguan mental hanyalah Mr Navis dan Mr Yusuf. Entah beneran nyantai atau sebenarnya menyembunyikan ketakutan-kegelisahan-keresahan yang tak terbendung dalam sanubari namun terlampau jaim untuk menampakkannya. Entahlah. Dan inilah lokasi pembagiannya. Miss Nikmah harus mengunjungi National Gallery Singapore, letaknya di tengah-tengah kota banget. Siap-siap hilang di antara tingginya berbagai gedung pencakar langit. Miss Umi kebagian mampir ke Old Hill Police Station di Clarke Quay, pakai acara nyeberang sungai segala. Gedungnya bagus sekali, sangat instagrammable. Miss Ema mengernyit, nama destinasinya aneh: Tan Teng Niah. Sebuah rumah tua dengan konsep penuh warna-warni yang terletak di distrik Little India. Kabar baiknya, lokasinya cukup dekat dan nggak pakai oper MRT. Sedangkan Mr Yusuf harus eksplor ke salah satu kuil Hindu terdesar di Singapore, Sri Srinivasa Temple. Megahnya kuil ini siap memberikan pengalaman tak terlupakan. Bagaimana dengan Mr Navis? Berkunjung ke Heritage Gallery di The Fullerton adalah jawabannya, sebuah hotel bintang lima di dekat patung Merlion yang mempunyai museum kecil gratis bagi siapapun yang ingin berkunjung. Bu Bilqis? Ah, dimana-mana bos mah bebas. Wkwk. Bu Bilqis kebagian menjaga di pos penginapan, yang sudah menyelesaikan misi harus segera melapor. Apakah berhasil? Tentu saja! Sepulang berpencar, kami berkumpul lagi. Acara tukar cerita dilakukan nggak selesai-selesai. Masing-masing dari kami merasa bangga dan bahagia karena mampu menyelesaikan misi dengan sukses. Dan yang paling penting, kami semua telah berani menaklukkan rasa takut dalam diri. Ternyata, traveling di negeri orang di kala sendirian, baik-baik saja kok. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Yeay! Saatnya Appreciation Day! Seru-Seruan Seharian di Universal Studio SingaporeBiasanya mentok cuma ke Jatim Park Batu, sekali-kali bolehlah kita main ke Universal Studio Singapore juga, hehe. Saat perencanaan sebelum trip, Bu Bilqis sempat bingung sangat. Mau ngajak guru-guru ke Universal Studio nggak ya? Pertama, tiketnya lumayan mihil. Kedua, budget kita pas-pasan. Tapi, Bu Bilqis menyadari satu hal. Guru-guru ini adalah orang yang sangat tulus. Mereka hadir dalam suka dan dukanya Muslim Cendekia, apapun kondisinya. Berjuang dari tahun pertama bukanlah hal yang mudah. Mengajar anak-anak tanpa lelah, menyelesaiakan berbagai tugas administrasi yang tidak mudah, selalu berinisiatif tinggi ketika dapat kerjaan, dan yang paling penting, mereka telah memutuskan mengabdikan dirinya dengan tulus berjuang di dunia pendidikan bersama Muslim Cendekia dalam waktu yang panjang. Mereka adalah orang-orang perjuangan. Maka, Bu Bilqis pun memutuskan untuk nggak perhitungan dalam memberikan apresiasi. Yuk, kita bikin kenangan manis di Universal Studio Singapore! Berangkaaaaaatttttt!!!!! Seru ya perjalanan kami, hihi. Kami dulu juga nggak nyangka bakalan bisa ke luar negeri, bermimpi aja nggak berani. Tapi Alhamdulillah, Allah perkenankan banyak hal baik terjadi melalui Muslim Cendekia. BONUS FEATURES: Tips & Trik Traveling ala Guru Muslim CendekiaNah, kami juga mau bagi-bagi tips traveling ala guru-guru Muslim Cendekia juga. Simak, yuk. 1). Tips Hemat Traveling: Mbontot adalah Budaya HidupkuKebetulan di penginapan kami, tiap pagi sudah dapat sarapan. Woaa, langsung happy! Tapiiii, tapiii... Sarapannya cuma roti sama selai aja, mentok minumnya teh anget yang disediakan dengan sistem self-service. Mmmm, mohon maaf, itu terlalu kebarat-baratan bagi kami yang memegang tradisi kuat “no nasi, no makan” wkwkwk. Jadi, kami putuskan untuk mbontot segala perbekalan yang mengandung karbohidrat alias bikin kenyang. Kebiasaan nenek moyang harus dilestarikan! Bawa nasi bungkus dari rumah untuk dimakan di bandara, nyetok mie gelas dengan berbagai varian rasa, beli aneka roti-rotian buat ganjel perut kalau lapar, sampai nggak lupa energen biar nggak pingsan di jalan. Hahaha. 2). Bedakan Mau Traveling sama Pindah Rumah. Hanya Bawa Barang yang Benar-Benar Dibutuhkan.Nah, kalau yang ini, Bu Bilqis sudah kasih briefing ke guru-guru dari jauh hari untuk hanya membawa maksimal 1 ransel saja. Boleh tambahan 1 tas tenteng/sling bag kecil. Sudah, hanya itu saja. Nggak boleh lebih. Kenapa? Karena perjalanan kami banyak jalan kakinya. Kita bukan Syahrini yang kalau bawa banyak koper sudah ada yang ngangkatin. Bukan. Jadi, sebisa mungkin bawaan harus super simpel. Percaya atau nggak, ini nggak semudah yang dikatakan. Apalagi bagi guru-guru perempuan, harus super tega dalam memilih barang. Tapi hasilnya? Anti rempong-rempong club! Barang bawaan nggak terlalu berat, gesit dalam bergerak, dan pastinya nggak perlu nambah biaya bagasi wkwk. Beberapa galeri penuh kebahagiaan:Sebenarnya masih banyak cerita suka dan duka selama perjalanan, banyak destinasi yang tidak dapat dituliskan satu per satu. Intinya, kami benar-benar sangat bersukur bisa mendapat pengalaman berharga seperti ini.
Muslim Cendekia memberi kesempatan pada kami untuk membuka mata lebih lebar, mengamati dunia lebih luas, agar kami semakin semangat dalam terus berkarya mewarnai dunia pendidikan kini dan nanti. Masih banyak lho cerita menarik lainnya. Bapak dan Ibu boleh tinggalkan komentar di bawah juga agar tim kami makin semangat untuk bikin konten-konten artikel serupa. Sampai jumpa di cerita petualangan seru berikutnya!
26 Comments
Nur Izzah
8/12/2020 10:40:13 pm
Ikut senang lihatnya, guru-guru SDMC diberi rewards yg luar biasa.
Reply
yusuf
8/12/2020 11:25:24 pm
Apresiasi buat penulis, tulisannya mencerminkan suasana banget. meski sedang membaca, rasanya seperti ngalami seperti sungguhan.
Reply
Muslim Cendekia
8/13/2020 05:06:25 pm
Terima kasih banyak!
Reply
Syafa hanum
8/12/2020 11:27:00 pm
Good👍👍👍,,,senang membaca ceritanya, semoga ada lanjutan cerita,,,,,bisa di baca bersama MB Syafa dan pastinya menambah inspirasi MB Syafa😍😍😍
Reply
Muslim Cendekia
8/13/2020 05:00:03 pm
Terima kasih, Bunda.
Reply
Bunda Kia
8/12/2020 11:52:58 pm
Keren nih guru2 SDMC, sapa tau nanti murid2nya yg diajakin ngetrip ke Singapura sambil praktek bahasa Inggris nya anak2, hehe
Reply
Muslim Cendekia
8/13/2020 05:01:29 pm
Wah, wah.
Reply
Indah aprilia
8/13/2020 12:28:45 am
Baca keseruan guru2 kayak ikut berada di sana...ahh boleh nebak yg nulis??? 🤭 kayaknya Mr Navis dehh... hihihi
Reply
Muslim Cendekia
8/13/2020 05:02:32 pm
Ah, yakin nih? Kalau bukan gimana? Eh, tapi kalo iya?
Reply
Bilqis
8/13/2020 04:07:47 am
Terima kasih sudah menuliskan ini dengan heboh. Berasa jalan bersama guru-guru lagi.
Reply
Muslim Cendekia
8/13/2020 05:03:18 pm
Thank you too, Bu Bilqis.
Reply
Bunda Aiwa
8/13/2020 04:42:00 am
Tulisannya keren. Jadi penasaran siapa yang nulis😁
Reply
Muslim Cendekia
8/13/2020 05:03:42 pm
Siapa ya kira-kira? Hihi.
Reply
Aulia
8/13/2020 07:21:12 am
Seruuu....
Reply
Muslim Cendekia
8/13/2020 05:04:50 pm
Yakin beneran masih muda, Bun?
Reply
Bunda aiskal
8/13/2020 07:36:31 am
Senang bacanya,nyampe berasa ikut di dalam keseruan ceritanya.keren mudah2 an ,guru2 sdmc ada kesempatan ke sana lg 😊😊😊
Reply
Muslim Cendekia
8/13/2020 05:05:40 pm
Terima kasih, Bunda.
Reply
Metha Kusumawati
8/13/2020 05:43:18 pm
Waaaah....baca ceritanya aja udah suwerruu, sambil bayangin hebohnya pengalaman pertama di negri orang... apalagi kalo ngalamin sendiri yaa.... mudah-mudahan bisa kesampaian nyusul ksana, aamiin... 🤲
Reply
Muslim Cendekia
8/13/2020 07:02:07 pm
Hihi, terima kasih Bunda.
Reply
Ummah Afifa
8/13/2020 09:50:51 pm
Uhuuuyyy....MasyaAllah...baca saja auto happy. Ga kebayang saat game destinasi berbeda...ngucur keringat tuh yang ga pernah jalan sendiri di kota asing....wkwkw. Seru abis. Viva ..SDMC..proud of all of you. Love
Reply
Muslim Cendekia
8/24/2020 05:24:23 pm
Thank you so much, Mam.
Reply
Yeni
8/14/2020 08:38:16 pm
Terima kasiiiiihhh sudah berbagi cerita seru selama trip di Singapore. Dari awal sampai akhir ga berhenti tertawa😆, sampai terbawa ke mimpi saya, mimpi travelling bersama para guru Muslim Cendekia. Kami tunggu cerita seru berikutnya yaaaa.....🥰🥰🥰🥰🥰🥰
Reply
Muslim Cendekia
8/24/2020 05:25:21 pm
Wah, pasti asyik jalan-jalan bareng di mimpinya, hihi.
Reply
Bunda Bima
8/16/2020 11:02:36 am
Di tunggu cerita seru selanjutnya ya Bpk/Ibu Guru...
Reply
Muslim Cendekia
8/24/2020 05:25:41 pm
Siaaap. Ditunggu ya.
Reply
11/4/2022 09:24:47 am
Receive consider country their street family. Sort produce outside enjoy future receive create.
Reply
Leave a Reply. |
BlogKarena kami memiliki banyak cerita. Archives
July 2022
Categories |