Siapa sangka, kalau ternyata Pendaftaran Peserta Didik Baru (PPDB) tahun ini terasa sungguh luar biasa. Bahkan, sebelum pendafataran dibuka, sudah banyak sekali yang menanyakan infonya. Antusiasme dari para orang tua begitu tinggi. Jujur, kegiatan PPDB kali ini benar-benar di luar ekspektasi kami. Peminatnya banyak sekali, semuanya ingin daftar dengan berapi-api. Pendaftaran kami buka pada tanggal 1 Desember 2019 dan start pukul 6 pagi. Kami menyusun strategi. Tahun lalu, pendaftaran kami start pukul 6 pagi, tapi jam setengah 6 sudah ada beberapa orang tua yang datang. Karena ingin terlihat profesional, tahun ini kami sepakat datang jam 5 pagi. Sudah di sekolah. Dengan dugaan, "Ah, mana ada orang yang mau berangkat sepagi itu." Kami merasa semua baik-baik saja. Rencana akan berjalan sebagaimana mestinya. Tapi semua berubah setelah negara api menyerang. Hari H. Secara tak disangka, ada orang tua yang sudah siap di depan sekolah jam stengah 5 pagi. Iyaaa, stengah lima pagiii alias habis Subuh. Kami datang jam 5 pagi. Dan ternyata sudah banyak orang tua yang menunggu di depan sekolah. Kami, para panitia PPDB, malah kalah pagi berangkatnya. Melongo kami dibuatnya. Waktu demi waktu berlalu, semakin banyak orang tua yang datang. Kami panik. Tim panitia sama sekali tidak menyangka bakal seramai ini. Hingga 20 menit sebelum pendaftaran dibuka, halaman depan sekolah sudah penuh orang. Mobil dan motor yang baru datang akhirnya terpaksa parkir di depan pagar. Lalu, bagaimana nasib kami yang 'sembunyi' di Markas Database? Tentu saja sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja. Ya, tidak baik-baik saja. Kami para panitia bingung. Apakah lebih baik pintu Markas Database dibuka sebelum jam 6 atau nunggu jam 6 saja? Terjadilah pedebatan sengit di kalangan panitia. Di kubu yang memilih nunggu dibuka jam 6 ada Bu Nikmah, Bu Iin, Bu Nurul, Bu Namira, dan Pak Navis. Sedangkan di kubu yang berencana membuka pintu sebelum waktunya ada Bu Bilqis seorang diri. Yaa, meskipun suara Kepala Sekolah dihitung dua, tapi kali ini Bu Bilqis kalah jumlah. "Tapi, kan kasian kalo mereka harus nunggu," unggah Bu Bilqis membela. "Bu, katanya kita harus konsisten. Namanya tepat waktu itu ya nggak boleh molor, ya nggak boleh maju. Harus sesuai!" Bu Namira angkat suara. Yang lain angguk-angguk aja. "Gitu a?" tanya Bu Bilqis ragu. "He eh, Bu. Percaya saya." ujar Bu Namira penuh keyakinan. Tak pernah ia terlihat seyakin ini. Markas Database sepi. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Muslim Cendekia, Bu Bilqis kalah telak dengan anak buahnya. Kami menunggu dalam diam. Menjelang 5 menit sebelum pendaftaran. Kami dag dig dug. Kursi-kursi sudah dipenuhi orang. 'Kami nggak sabaar, cepetan bukaaa!' mungkin itulah suara hati para orang tua yang ada di luar sana. Mata semua orang terlihat berapi-api. Drama belum selesai. Entah bagaimanna awalnya, Pak Navis dan Bu Namira tiba-tiba engkel-engkelan perihal siapa yang membuka pintu. Bu Nikmah, yang kebagian dapat tugas menjaga antrian, gemeteran nggak mau keluar. Takut diserbu massa, katanya. Bu Bilqis bingung mau 'sembunyi' dimana. Ya masa' Kepala Sekolah ikut nampang di TU, ntar dikira pengangguran lagi. Sedangkan Bu Nurul, sibuk ngubek-ngubek folder. Daftar registrasi pendaftarannya ketlisut! Sementara Bu Iin hanya diam, pandangannya kosong, bingung mau ngapain di tengah carut-marutnya situasi. Waktu menunjukkan pukul 6 tepat. Tidak ada waktu lagi. Pintu harus dibuka. "Cklek, cklek" kunci pintu diputar dengan tergesa oleh Pak Navis. Dan pendaftaran pun resmi dibuka. Buru-buru kami bubar ke pos masing-masing. Bu Nikmah keluar, menjaga antrian barisan. Bu Iin stand by di meja pengisian formulir, barangkali ada orang tua yang bingung. Pak Navis keliling buat dokumentasi. Bu Namira masih ke kamar mandi, nggak tau kenapa di saat yang genting ini. Dan Bu Bilqis akhirnya tetap di Markas bantuin Bu Nurul ngelayanin para pendaftar. Tak terelakkan, barisan antrian semakin membludak. Saat antrian panjang mengular, Pak Navis menjalankan tugasnya; ngevideo orang-orang sambil ngasih instruksi buat "dadah-dadah". Biar terkesan happy. Beberapa saat kemudian, di tengah hiruk-pikuk manusia, di saat Markas Database (TU) lagi penuh-penuhnya, dimana semua orang serba was-was bakal kebagian formulir apa nggak, tiba-tiba terdengar suara teriakan keras dari dua sosok Ibu-Ibu muda di antrian. Teriak nggak nyantai manggil-manggil Pak Navis. Ada apakah gerangan? Apa mereka terjatuh? Dan tak bisa bangkit lagi? Atau kenapa? Setelah didekati, ndilalah Ibu-Ibu ini cuma minta difoto biar bisa masuk di akun Instagram sekolah. Ealaaah, kirain ada apa. Lanjut. Karena kami tidak memperkirakan bakal sebanyak ini, jadi meja pengisian formulir hanya disiapkan sepuluh saja. Dalam hitungan sekian menit, meja-meja tersebut sudah penuh. Bu Iin menyarankan pada para orang tua agar dapat mengisi formulir di kelas atas.
Beberapa ada yang mau. Beberapa lainnya memilih dengan santainya duduk di lantai. "Bapak/Ibu, monggo ngisi di kelas atas saja. Lebih nyaman.", Bu Iin menawarkan. "Halaaah, nggak papa Bu kita di sini saja. Enak lesehan." ujar beberapa dari mereka. Alhasil, setiap kami lewat, harus sambil mbungkuk-mbungkuk dan bilang "permisi, permisi.." di tengah 'lautan' manusia yang sedang asyik duduk lesehan mengisi formulir. Oke, ini agak berlebihan dikit, tapi kurang lebih begitulah situasinya. Jam berputar terus tanpa terasa. Beberapa orang tua telah selesai dan mulai pulang satu per satu. Sekolah mulai sepi, meski ada beberapa orang yang masih mengisi formulir. Kami lega. Bukan karena banyaknya formulir yang terjual. Tapi karena tidak jadi diamuk massa. Alhamdulillah. Terima kasih atas banyaknya kepercayaan pada sekolah kami. Meski guru-gurunya adalah 'anak kemarin sore', tapi banyaknya dukungan dan doa membuat kami terus menerus senantiasa bersyukur. PPDB hari pertama berjalan dengan sangat luar biasa. Sampai bertemu di PPDB tahun depan. Dengan strategi baru kami. Yang lebih ciamik, yang lebih tak terduga. Start Subuh, misalnya?
7 Comments
Zaskia Indah
12/1/2019 11:33:38 pm
Lucuuuu!
Reply
Ahmadi
12/1/2019 11:34:07 pm
Sudah berpikir kemarin yang paling pagi, datang setengah enam ternyata ruamaaai sekali. Pura-pura senyum bahagia aslinya ya tegang.
Reply
Arief Hakim
12/1/2019 11:42:03 pm
Ank sy baru masuk tahun depan. Harus berangkat jam berapa ini?
Reply
Ummu Fadia
12/2/2019 12:53:25 am
Seru abis !
Reply
Bunda MilQuin
12/2/2019 01:28:28 am
sy dtg stgh 6 kirain sdh yg plg pg ternyata ttp gk masuk 10 besar 😅😅😅😅
Reply
MamaZaki
12/2/2019 05:58:08 am
Berasa ikutan panik 😂, sambil membayangkan wajah para guru ngintip massa di balik jendela Markas Database. Mr. Naviiisss seharusnya direkam dong wajah-wajah kepanikan para guru kemarin. Benar-benar cerita yang menyegarkan. Ditunggu lagi yaa cerita-cerita di bumi SDMC yang lebih seru lainnya. Proud of SDMC, ter-love❤️.
Reply
Bunda Kia
12/26/2019 11:11:48 pm
awalnya ga tau klo tgl 1 desember udah mulai buka pendaftaran, taunya dari status wa salah satu wali murid satu sekolah sama anak saya dan itupun baru tau sore, haaa..sudah buka aq ketinggalaaann T_T
Reply
Leave a Reply. |
BlogKarena kami memiliki banyak cerita. Archives
July 2022
Categories |